Foto : Amar Zaidan Saat Sedang Berlibur ke Lombok |
Amar, begitu sapaan akrabnya dalam memerankan salah satu tokoh sentral dalam film tersebut terbilang memang membutuhkan mental ekstra. Sebab tokoh yang diperankan membutuhkan kharismatik dan penampilan yang jumawa, apalagi dalam beberapa scane dalam Film La Hila Amar harus berperawakan dan bersikap gagah, lantang dan berwibawa. Sementara film ini baru diputar di 2 kecamatan di Kabupaten Bima, Kecamatan Donggo dan Wera. Dalam waktu dekat dari beberapa sumber info yang didapat, pemutaran selanjutnya akan dilaksanakan pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Bima, salah satunya Woha, menyusul Soromandi, dan lainnya. Menurut Tim Promosi Film La Hila Dedy Zangkoeng dan Rahman M.I, pemutaran ini terlaksana berkat kerjasama antar Mecidana dan pihak berkompeten pada setiap wilayah. Sebab, untuk scedul resmi bersama Pemda hanya dilaksanakan launcing/ Gala Premier pada wilayah dimana sumber cerita La Hila ini berasal. Karena scedul resmi sudah selesai, namun untuk memenuhi rasa kecintaan masyarakat terhadap tanah kelahirannya dan ikut kepedulian mereka terhadap daerah dan dengan rasa bangga, masyarakat pun sangat berkeinginan sekali untuk ikut menyaksikannya. Oleh karenanya Tim Mecidana melakukan bina komunikasi dan kordinasi lintas kecamatanm dengan pemangku kebijakan setempat maupun melaui link dan simpatisan yang tersebar di Bima Kab/ Kota. Rencananya, setelah selesai pemutaran Kabupaten Bima atau bahkan dalam pertengahan scedul, akan dilaksanakan pemutaran di Kota Bima dengan difasilitasi oleh STIE Bima. Rektor STIE Bima, Firdaus, ST, MM sangat mengapreseasi atas adanya produksi film La Hila. .
Anak muda, kelahiran Salama Bima ini tepatnya 8 September 1998 silam ini, masih berstatus mahasiswa dalam jenjang semester III. Dalam menyelesaian proses syuting, Amar harus siap dengan resiko membagi waktu dengan sebaik-baiknya. Amar dalam salah satu vidio pernah mengungkapkan pengalamannya selama proses Syuting film La Hila, "Gimana yah??, emang capek dan meletihkan si?!, apalagi kadang harus bermalam di lokas syuting demi kejar dedline waktu," lanjutnya," Pernah sekali waktu karena harus kejar waktu dari pagi sampai sore dengan scane berkuda, bahkan lanjut malam untuk set malam ditambah suasana hujan dengan curah sedang, saya nda sempat makan sampai sempat kayak mau limbung, tapi karena tetap semangat dan kedisiplinan sang Sutrada mas Ary (Ipan) saya bisa menuntaskannya dengan baik. Rasa letih itu hilang karena rasa bangga, karena ikut main film ini, apalagi mendapat kesempatan dengan peran yang tentu semua orang menginginkannya.", terselip senyum Amar mengingat perisitiwa tersebut, " Yah.. apalagi kan ini menjadi sejarah buat saya pribadi dan daerah tentunya. Film minikolosal pertama yang mengangkat keharuman daerah, ini kebanggan tersendiri buat saya. Saya sangat mensyukurinya dan saya takan mundur untuk ujian -ujian kecil tersebut. Yah saya bahagia. Terimakasih mas Ary atas semuanya lebih-lebih kesempatannya dan semua nilai- nilai didikannya. Terimakasih masyarakat Donggo dan Bima pada umumnya. Terimakasih terbesar tentunya kepada Allah SWT", pungkasnya. Tampak senyumnya semakin melebar.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, Amar untuk menikmati momen pergantian tahun memilih untuk hijrah sementara waktu selama 1 (satu) tahun (2019-2010) ke Pulau Lombok. Siapa yang tidak kenal Lombok. Satu wilayah yang masih merupakan bagian dari Provinsi NTB. Satu wilayah dimana Amar besar dan dilahirkan yakni di Bima. Selama berada disana Amar mengunjungi beberapa tempat disana, termasuk berburu makanan makanan khas yang berada disana.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, Amar untuk menikmati momen pergantian tahun memilih untuk hijrah sementara waktu selama 1 (satu) tahun (2019-2010) ke Pulau Lombok. Siapa yang tidak kenal Lombok. Satu wilayah yang masih merupakan bagian dari Provinsi NTB. Satu wilayah dimana Amar besar dan dilahirkan yakni di Bima. Selama berada disana Amar mengunjungi beberapa tempat disana, termasuk berburu makanan makanan khas yang berada disana.
0 Comments