Foto : www.google.co.id |
TAMBORA INFO.-Pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a., ada Gubernur Mesir
yang bernama Amr bin ‘Ash dan dia berniat untuk membangun sebuah masjid di
samping istananya yang megah itu. Namun keinginannya itu terbentur dengan
adanya lahan atau rumah yang harus digusur, dan rumah tersebut ternyata
dimiliki oleh seorang Yahudi tua.
Gubernur Amr bin ‘Ash lalu memanggil orang Yahudi itu dan
meminta agar dia mau menjual tanahnya. Akan tetapi orang Yahudi itu tidak
berniat untuk menjual tanahnya. Kemudian gubernur Amr bin ‘Ash memberikan
penawaran yang cukup tinggi dengan harga lima belas kali lipat dari harga
pasaran, tetapi tetap saja orang Yahudi itu menolak untuk menjual tanahnya.
Gubernur Amr bin ‘Ash kesal dan akhirnya karena berbagai cara
telah dilakukan dan hasilnya buntu, maka sang gubernur pun menggunakan
kekuasaannya dengan memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan surat
pembongkaran dan akan menggusur paksa lahan tersebut. Sementara si Yahudi tua
itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan kemudian dia berniat untuk
mengadukan kesewenang-wenangan gubernur Mesir itu pada Khalifah Umar bin
Khattab.
Akhirnya orang Yahudi itu pergi ke Madinah untuk mengadu kepada
Khalifah Umar bin Khattab, walaupun dengan menempuh perjalanan yang cukup
panjang. Begitu tiba di Madinah, orang Yahudi itu merasa takjub, karena
Khalifah Umar bin Khattab tidak memiliki istana yang megah seperti istananya
Amr bin ‘Ash dan bahkan dia diterima Khalifah Umar bin Khattab hanya di halaman
Masjid Nabawi di bawah naungan pohon kurma. Selain itu penampilan Khalifah Umar
bin Khattab amat sederhana untuk ukuran pemimpin yang memiliki kekuasaan begitu
luas.
“Ada keperluan apa kakek datang ke sini, jauh-jauh dari Mesir?”
tanya Umar bin Khattab.
Setelah mengatur detak jantungnya karena berhadapan dengan
seorang khalifah yang tinggi besar dan penuh wibawa, si kakek itu mengadukan
kasusnya. Dia bercerita pula tentang bagaimana perjuangannya untuk memiliki
rumah itu, di mana dia sejak muda bekerja keras sehingga dapat membeli sebidang
tanah dan membuat gubuk di atas tanah tersebut.
“Akan tetapi, wahai Khalifah Umar, sungguh sangat menyedihkan.
Harta satu-satunya yang aku miliki sekarang telah sirna, karena telah dirampas
oleh Gubernur Amr bin ‘Ash”, kata orang Yahudi itu tanpa rasa takut.
Laporan tersebut membuat Khalifah Umar bin Khattab marah dan
wajahnya menjadi merah padam. Setelah amarahnya mereda, kemudian orang Yahudi
itu diminta untuk mengambil tulang belikat unta dari tempat sampah, lalu
diserahkannya tulang itu kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian menggores tulang tersebut
dengan huruf alif yang lurus dari atas ke bawah dan di tengah goresan itu ada
lagi goresan melintang menggunakan ujung pedang, lalu tulang itu pun diserahkan
kembali kepada orang Yahudi tersebut sambil berpesan: “Bawalah tulang ini
baik-baik ke Mesir dan berikanlah kepada Gubernur Amr bin ‘Ash”, jelas Khalifah
Umar bin Khattab.
Si Yahudi itu kebingungan ketika diminta untuk membawa tulang
yang telah digores dan memberikannya kepada Gubernur Amr bin ‘Ash. Gubernur Amr
bin ‘Ash yang menerima tulang tersebut, langsung tubuhnya menggigil kedinginan
serta wajahnya pucat pasi. Saat itu juga Gubernur Amr bin ‘Ash mengumpulkan
rakyatnya untuk membongkar kembali masjid yang sedang dibangun dan membangun kembali
gubuk yang reot milik orang Yahudi itu.
“Bongkar masjid itu!”, teriak Gubernur Amr bin Ash gemetar.
Orang Yahudi itu merasa heran dan tidak mengerti tingkah laku
Gubernur. “Tunggu!” teriak orang Yahudi itu.
“Maaf Tuan, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari
apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu, sehingga Tuan berani memutuskan
untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak
mengerti!”, kata orang Yahudi itu lagi.
Gubernur Amr bin Ash memegang pundak orang Yahudi itu sambil
berkata: “Wahai kakek, tulang ini hanyalah tulang biasa dan baunya pun busuk.”
“Mengapa ini bisa terjadi. Aku hanya mencari keadilan di Madinah
dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa dari benda busuk
tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” kata orang Yahudi itu.
“Tulang ini merupakan peringatan keras terhadap diriku dan
tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah Umar bin Khattab. Artinya, apa pun
pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini,
karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas
dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak bertindak adil dan lurus seperti
goresan tulang ini, maka Khalifah tidak segan-segan untuk memenggal kepala
saya”, jelas Gubernur Amr bin ‘Ash.
Orang Yahudi itu tunduk terharu dan terkesan dengan keadilan
dalam Islam.
“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh aku rela menyerahkan
tanah dan gubuk itu. Bimbinglah aku dalam memahami ajaran Islam!”.
Akhirnya orang Yahudi itu mengikhlaskan tanahnya untuk
pembangunan masjid dan dia sendiri langsung masuk agama Islam.
* Semoga kisah nyata diatas memberikan inspirasi yang posisitf
bagi kita di masa kini, bahwa keadilan yang indah itu hanya ada dalam syari`ah
Islam dan hanya di dalam Islam-lah semua diperlakukan sama di hadapan hukum
Allah, baik itu rakyat jelata maupun pejabat & penguasa.
Berbagai sumber(dikutip dari dinding pemilik akun Facebook ' Langi Malingi Putra ')
0 Comments