Bukan etnis, suku bangsa, agama, atau senjata yang mempersatukan manusia, tetapi uang dan kekuasaan.  Tidak ada kekuatan yang melebihi daya tarik keduanya.

Hareen Zeventeen

catatan sejarah menunjukkan, VOC dikendalikan oleh Hareen Zeventeen.  Kepada Tujuh Belas TUan-Tuan yang mewakili enam Kamers inilah Gubernur Jenderal VOC bertanggung jawab.

Haren Zeventeen, Tujuh Belas Tuan-Tuan adalah suatu badan ang terdiri dari tujuh belas orang terhormat yang mewakili enam Kamers, yaitu Amsterdam, Middlebrug, Delf, Rotterdam, Hoorn, dan Ekhuizen;  sebagai hasil dari penyatuan berbagai bendera pelayaran dan perdagangan yang berbeda-beda.  Dari tujuh belas anggotanya, Amsterdam mendominasi dengan menempatkan delapan orangnya.  Kepada Hareen Zeventeen yang berpusat di Amsterdam itulah, sesuai dengan octroi kerajaan, Gubernur Jenderal VOC bertanggung jawab. Hereen Zeventeen adalah pengendali VOC.

Jadi, secara  de jure, Hereen Zeventeen memiliki kekuasaan penuh dalam mengendalikan VOC.  Tetapi de factonya, perserikatan dagang ini dikuasai oleh Monsterverbond.


Monsterverbond

Monsterverbond, adalah kelompok rahasia  yang mengendalikan VOC.  semacam klendestin pada abad pertengahan. hal ini dapat terjadi mengingat  kontrol mereka memang sangat lemah dan tidak mampu menjangkau bentangan kekuasaan VOC yang sangat luas.  Tanjung harapan hingga lepas pantai Deshima. 

Tokoh yang berada di baik Monsterverbond itu adalah salah seorang Gubernur Jenderal VOC yang juga menaklukkan Makassar, yakni Cornelis Janszoon Speelman.

Monsterverbond adalah komplotan kulit putih dan pribumi.  Dua sekutu Cornelis Janszoon Speelman yang dari unsur pribumi adalah Arung Palakka dan Kapitan Jonker.

Persekutuan terbentuk pada akhir tahun 1666.  Ketika itu Gubernur Jenderal Joan Metsueyker memberikan perintah pada Cornelis Speelman untuk menggempur Hasanuddin di Makassar.  Dalam penyerangan itu, dia dibantu oleh dua orang pribumi yang telah membuktikan kesetiaannya pada VOC, Arung Palakka dan Kapitan Jonker.  Beberapa bulan menjelang misi ini, keduanya terlibat dalam ekspedisi Verspreet menaklukkan pesisir barat Sumatra.  Tiga orang inilah kelak yang akan menjadi pemimpin terkemuka dari Monsterverbond.  Ketiganya mengakhiri misi di Makassar dengan sukses setelah memaksa Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya pada 28 November 1667.

Mereka secara psikologis berangkat dari latar belakang yang sama, perasaan teralienasi.  Speelman adalah seorang petinggi VOC yang jauh dari pergaulan elite VOC.  Dia tersisih dari pergaulan karena terbukti dalam sebuah perdagangan gelap ketika dia masih menjabat sebagai Gubernur VOC di Coromandel tahun 1665.  Arung Palakka  adalah putra mahkota Bugis dari Kerajaan Bone yang harus hidup terjajah dan berada dalam tawanan Kerajaan Makassar.  Dia kemudian memberontak dan pada 1660 bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia.  VOC menyambutnya dengan baik, bahkan memberikan daerah di pinggiran Kali Angke, hingga kemudian serdadu-serdadu Bugis  ini disebut Toangke atau orang Angke.  Sedangkan Kapitan Jonker adalahseorang panglima yang berasa dari Pulau Manipa, AMbon.  Dia memiliki begitu banyak pengikut setia, tetapi tidak pernah menguasai satu daerah di mana orang mengakuinya sebagai daulat.  Akhirnya, dia bergabung dengan VOC di Batavia.  Rumah dan tanah yang luas di derah Marunda dekat Cilincing diberikan oleh VOC kepadanya.

Namun, semua itu harus dibayar mahal.  Speelman harus dibayar mahal untuk penaklukan Hasanuddin. Arung Palakka dibayar mahal untuk keberhasilannya menghapus pengaruh Aceh di Pesisir Barat Sumatra.  Dan, Kapitan Jonker harus dibayar mahal untuk keberhasilannya menangkap Trunojoyo dan kemudian menyerahkannya pada pegawai VOC keturunan Skotlandia, Jacob Couper.  Mereka bertiga telah menaklukkan Nusantara di Barat, Tengah, dan Timur.  Mereka memiliki andil yang besar untuk mengantarkan VOC mencapai puncak kejayaannya pada masa Gubernur Jenderal Joan Maetsuyker.

Ketiga orang ini, tidak meminta bayaran dalam bentuk barang, tetapi hak monopoli emas.  Tujuan utama kedatangan Belanda adalah karena rempah-rempah.  Emas pada awalnya, sama sekali tidak masuk dalam hitungan dan rencana.  itu sebabnya Metsuyker dengan ringan begitu saja memberikna monopoli pada tiga orang itu.  Sekaligus memberikan modal awal yang sangat besar bagi mereka untuk mulai berdagang emas.  Biaya untuk modal monopoli mereka itulah pada awalnya mengeruk kekayaan VOC secara ilegal.  Menjelang akhri masa kekuasaan Maetsueyker begitu tinggi kepada mereka.

Kekuatan Monsterverbond semakin menjadi-jadi.  Itu pula yang mendudukkan speelman menjadi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1681.

Perjanjian Painan.

Perjanjian itu dirundingkan perwakilan VOC di Padang.  Jacob Groenewegen, sejak akhir tahun 1662 di daerah Batang Kapeh, sebuah daerah pesisir  yang terletak antara Painan dan Airhaji.  Bagian dari daerah-daerah yang dikenal dengan istilah Bandar X.  Resminya Perjanjian Painan ditandatangani di Batavia pada 6 Juli 1663 antara para pemimpin daerah pesisir Minangkabau mulai dari Tiku, Padang, Salido, Painan hingga indrapura dan Groenewegen.  Perjanjian itu disaksikan oleh segenap anggota Dewan Hindia.

Materi utama perjanjian adalah monopoli perdagangan yang  diberikan kepada VOC sepanjang pesisir Pantai Painan hingga Airhaji.  Dan, yang terpenting adalah pemutusan hubungan politik dan dagang antara daerah pesisir Minangkabau dengan Aceh.  Negeri-negeri pesisir itu bersedia menjadi sekutu VOC dalam menghadapi Aceh.

Ketika pada tahun 1666 Groenewegen digantikan oleh Jacob Gruys, keadaan kembali berubah.  Gruys tidak memiliki kemampuan diplomasi sebgaimana yang dimiliki oleh Groenewegen.  Setiap pelanggaran dari perjanjian Painan, dia tindak dengan kekuatan senjata.  Pada saat menyerang negeri Pauh dengan dua ratus  orang prajuritnya, Gryus mengalami nasib naas.  Pasukannya dihancurkan rakyat Pauh.  Gruys dan wakilnya tewas dalam pertempuran itu.

Ketika berita ini sampai ke Batavia, VOC sebenarnya tengah menyiapkan pasukan untuk ekspedisi ke Makassar.  Tetapi, mengingat pentingnya mengamankan perjanjian Painan, maka sebuah ekspedisi dikirim pada awal Agustus 1666 yang dipimpin oleh Abraham Verspreet.  Jacob Spit ditunjuk sebagai pengganti Gruys di Padang.  Dalam pasukan Verspreet itu juga tergabung kesatuan Ambon pimpinan Kapitan Jonker dan kesatuan Bugis pimpinan Arung Palakka.

Ekspedisi  Verspreet menjalankan tugas dengan sempurna.  Pauh dikuasai dalam tempo empat hari.  Pembersihan kemudian juga dilakukan di Kota Padang. Pada akhir September 1666, kekuasaan VOC diperluas hingga Ulakan di Pariaman.  Di tempat inilah Arung Palakka diberi kedudukan sebagai panglima dengan gelar Raja Ambon.  Keberhasilan ekspedisi Verspreet mengukuhkan kekuasaan VOC di pesisir Minangkabau.  Ekspedisi itu kembali  ke Batavia pada awal November 1666

Empat tahun setelah penaklukan Verspreet itu, jacob Spits mengambil alih empat tambang emas di Salido.  Demam emas seketika  mewabah di kalangan pendatang kulit putih.  Pada akhir tahun 1670, VOC mendatangkan seorang meester begwester atau ahli tambang pertama bernama Friedrick Fisher ke Salido.  Dia mulai  membangun pertambangan besar.  Lorong-lorong panjang dan dalam digali dengan kayu-kayu kuat di hutan salido sebagai penggantinya. Tidak lama kemudian, dari Batavia didatangkan lagi ahli-ahli keturunan Portugis.  Tetapi setelah empat tahun, laporan dari Gubernur Jenderal VOC di Batavia kepada Hereen Zeventeen di Amsterdam menunjukkan bahwa upaya penambangan itu tidak banyak menghasilkan emas. 

Meski begitu, Hereen Zeventeen tetap optimis dengan potensi  emas salido.  Para pekerja kasar malah ditambah dengan didatangkannya kuli dari Madagaskar, Timor, dan Nias.  Dari Amsterdam didatangkan lagi  puluhan ahli tambang.   Tetapi, dalam laporan yang dikeluarkan pada tahun 1682, Gubernur Jenderal menyebut kerugian dari kegiatan penambangan emas itu sudah berlipat ganda.  Ongkos yang dikeluarkan untuk eksplorasi lima kali lipat dari hasil yang didapatkan.

Semua itu belum berkhir,  Hereen Zeventen tetap percaya pada laporan Jacob Spits tentang potensi emas Salido.  Walaupun pada kenyataannya hasil penambngan itu tidak pernah sampai ke Amsterdam. 

Salido

Salido Ketek, demikian nama daerah kecil itu.  Terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.  Dari Padang, ibu kota provinsi, daerah itu  berjarak kurang lebih satu setengah jam perjalanan darat.  Daerah seperti taman Firdaus yang harus menerima nasib untuk ikut Adam terusir dari surga.  SIsa-sisa penambangan modern yang dirintis oleh pemerintah kolonial masih terlihat, tetapi tidak terawat kini....

Ada bangunan Belanda yang dulu digunakan sebgai pembangkit listrik masih membentang, walaupun tidak ada lagi turbin diesel yang harus digerakkan.  Hulu dari pipa air ini adalah bibir jurang sebuah bukit di mana terdapat saringan air.

Dua ratus tangga beton buatan Belanda yang masih utuh dengan kemringan yang curam harus didaki untuk mencapai saringan air itu.  Air yang dulu digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin produksi emas, selain untuk penerangan.

Sketsa tambang emas salido dibuat oleh pelukis BElanda pada tahun 1737.  Pertama, mereka menggali ermukaan tanah.  Pada lapisan pertama, mereka menemukan batu dengan garis kuning, merah, dan hitam yang disebut batu karangan.  Di bawah batu karangan, kalau mereka cukup beruntung, akan ditemukan jenis batuan lain yang disebut batu bulansi. Di dalam batu bulansi inilah terdapat emas.  Batu itu harus dipecah untuk mendapatkan mineral yang dicari. 

sayang, tambang emas ini terus merugi.  Bahkan, penambangan modern dengan membentuk sebuah maskapai usaha baru dilakukan pada tahun 1911, dengan dibentuknya Salido Mijnbow Maatschappy dan setahun kemudian berganti nama menjadi Kinandan Sumatra Mijnbow Maatschappy.  Tetapi tetap saja produksi emas tidak sesuai yang diharapkan.

padahal sesungguhnya yang terjadi adalah kebalikannya

Salido bukan sekadar memproduksi emas.  Daerah pesisir itu  juga terkenal sebagai pasar komoditas emas untuk daerah pedalaman Minangkabau.  Emas-emas dari daerah Tiga Belas Koto dibawa ke Salido untuk diolah dan diperdgangkan.  Belum lagi terhitung emas-emas yang berasal dari  pedalaman agam, tanah datar, dan lima puluh kota.  bayangkan jika tmbang dan perdagangan emas salido dikuasai sepenuhnya oleh Monsterverbond?

Harta Karun VOC

Tahun 1670 Gubernur Jenderal Maetsuyker masih berkuasa.  Seharusnya pada tahun ini di Batavia, pengaruh Speelman, Arung Palakka dan Kapitan Jonker semakin kuat.  Mereka telah menaklukkan  Hasanuddin di Makassar lewat Perjanjian Bongaya pada November 1667.

semua ini terkait dengan Monsterverbond.  Konsesi monopoli emas dari Maetsueyker.

Sebenarnya, Hereen Zeventeen sudah bertindak benar dengan memercayai cerita Jacop Spits.  Perwakilan VOC di Padang itu mengatakan fakta yang sebenarnya.  Maetsuykerlah yang memanipulasi informasi.  Sejak pertama kali ditambang pada tahun 1670, produksi emas Salido luar biasa banyaknya.  Dan emas itu, semuanya, diserahkan kepada Monsterverbond.  Hanya sebagian kecil yang dikuasai oleh VOC.  itu sebabnya, untuk menyembunyikan konsesi rahasia ini, Gubernur Jenderal memberikan laporan kerugian dari usaha penambangan ini.  Laporan lengkap meng

enai kerugian ini dikeluarkan pada tahun 1682.  Pada saat itu, Cornelis Janczon Speelman telah naik menjadi Gubernur Jenderal.

Speelman, adalah tokoh di balik manipulasi besar-besaran itu.  Dia telah mengendalikan VOC sejak masa Maetsuyker.  periode singkat pemerintahan Gubernur Jenderal Rijcklof van Goens yang menggantikan Maetsueyker tidak mengusik pengaruh Speelman hingga ia kemudian berkuasa.

NAH.... KEMANAKAH EMAS ITU PERGI?