ARMAN AL BIMAYA
Foto : Facebook
TAMBORA INFO.rumahtulis.com. - Gemuruh pilkada kali ini,. berbeda dengan perhelatan sebelumnya. Bahkan cenderung sangat mengejutkan, di setiap kubu rival incumbent misalnya, mereka praktis menganalisa bahwa incumbent tidak dianggap lawan berat. Dan lebih memprihatinkan lagi cara pandang yang menganggap remeh incumbent ini malah muncul pada saat incumben telah membuktikan dengan telah melakukan banyak prestasi selama memimpin lebih kurang tujuh tahun belakangan ini.
Berbagai program spektakuler telah mampu diwujudkan oleh incumbent dan itu melampaui apa yang telah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya di Kota Bima. Sebut saja misalnya, incumbent telah berhasil mewujudkan jalan dua arah di Amahami, RSUD Kota Bima, Lapangan Serasuba yang sekarang menjadi sentral ekonomi dan tempat bersantai masyarakat Kota Bima, menghadirkan Pelabuhan Petikemas Pelindo, Pasar Raya Amahami, jalan baru di Kelurahan Tanjung, Gedung Convention Hall serta telah berhasil menghadirkan banyak menteri dengan membawa berbagaima macam program untuk warga dan Kota Bima.
Menurut hemat penulis, Semua program itu merupakan hal baru yang tidak pernah ada pada pemerintah sebelumnya, dan oleh pemerintah sekarang terobosan itu semua telah berhasil dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih tujuh tahun. “Jika saja apa yang telah dilakukan oleh incumbent selama ini dianggap tidak akan bisa menempatkan incumben di hati warga atau berbagai program dan karya hebat incumben itu dianggap sama sekali tidak efektif, maka pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana dengan figur lain yang sama sekali belum pernah berbuat untuk rakyat dan Kota Bima” ambivalensi keyakinan yang menarik bukan?
Sementara ketika kita bicara tentang figuritas paslon, salah satu indikator yang harus melekat dan membuat seseorang itu populer sehingga disebut dan atau bisa mengklaim diri telah memiliki elektabilitas, paling tidak harus ada dan sangat ditentukan oleh dua faktor pokok sebagai berikut, pertama yaitu persoalan dikenal atau belum dikenal, kemudian faktor kedua adalah sudah berbuat atau belum berbuat untuk rakyat banyak dan daerah.
Dua variabel tersebut tentu saja harus terpenuhi bagi setiap paslon yang memiliki peluang atau paling tidak sebagai variabel untuk menakar peluang para figur paslon, pada sisi yang tidak dimiliki oleh para paslon baru inilah secara keseluruhan oleh incumbent telah memgantunginya.
Kenapa demikian, sebab sesuai dengan analisa penulis di atas. Incumbent saat ini sedang dalam posisi menjabat sebagai Wakil Walikota. Tentu saja sebagai pejabat publik yang menjabat hampir tujuh tahun di Kota Bima. Incumben sudah sangat dikenal dan sangat dekat dengan warga, dan selama menjadi wakil Walikota tersebut incumben telah banyak melakukan kerja nyata yang bersentuhan langsung dengan warga, sebut saja misalnya pemberian Dana santunan kematian yang langsung diberikan oleh Wakil Walikota kepada pihak korban pada saat melayat atau pada saat doa-doa dilaksanakan, menilik yang dilakukan oleh seorang incumben, penulis berpendapat, bahwa apa yang telah dilakukan oleh incumben teraebut sudah melampaui apa saja yang pernah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya dan para paslon lain dalam kegiatan sosialisasi memperkenalkan dirinya.
Disisi lain incumbent memiliki modal politik yang cukup besar untuk memenangkan pertarungan dan pantas untuk diwaspadai oleh lawan lawannya. Alasan ini berdasarkan beberapa analisa sebagai berikut: Pertama, Incumbent kemungkian akan didukung oleh parpol penguasa NTB dan RI, dimana TGB berkepentingan secara politik untuk memenangkan figur yang diusung oleh parpolnya diseluruh pilkada di NTB.
Kemudian PDIP sebagai parpol penguasa RI hari ini pun memiliki agenda besar yang sama yaitu memenangkan seluruh pilkada di Indonesia. Kedua, banyak kelompok diluar incumben yang secara sukarela berjuang untuk memenangkan incumben sekalipun tidak dibawah kendali incumben atas dasar menolak terjadinya perubahan iklim politik sehingga arah kebijakan dan fokus pembangunan yang seharusnya berkelanjutan tidak terbengkalai oleh karena terjadinya perubahan kepemimpinan.
Ketiga, sebagai wakil walikota yang ingin kembali maju mencalonkan diri sebagai walikota 2018, tentu saja incumbent sudah mempersiapkan diri secara baik untuk memenangkan kembali pertarungan dalam pilkada kota nanti. Persiapan tersebut mulai penataan seluruh dari kekuatan yang ada di birokrasi dan para pengusaha serta organ organ yang selama ini telah berafiliasi dengan Pemkot dalam berbagai program kegitan, dan tidak tertutup kemungkinan telah juga memanfaatkan seluruh jaringan kekuasaannya sampai tingkat RT.
Demikian juga terkait persiapan cost politiknya, semua telah dihitung dengan matang dan tidak tertutup kemungkinan telah menumpang pada program bansos dan hibah. Dari berbagai uraian diatas seharusnya para paslon lain juga memikirkan hal yang sama, sebab apa yang penulis uraian tersebut menunjukan bagaimana kedigdayaan incumben untuk memenangkan pertarungan dalam Pilwakot nanti.
Bahkan bila kita membandingkan dengan potensi lawannya-lawannya dari paslon lain, jelas incumbent masih unggul dalam banyak sisi dan posisi, terutama mobilisasi birokrasi dan penggunaan anggaran hibah dan bansos yang dikemas untuk menaikkan elektabilitas incumben di mata warga, inilah domain incumben yang tidak dimiliki paslon lain. Jadi, penulis berkesimpulan berdasarkan uraian di atas, jika ditanya, sebesar apa peluang incumben dalam memenangkan pilkada 2018, maka jawabanya adalah incumben kebih besar peluangnya dari pada paslon lain. Dengan demikian, sangat penting bagi kubu lawan incumbent untuk melihat secara komprehensif tentang potensi dan modal politik incumbent untuk mempertahankan kekuasaanya.(Red)

Dikutip dari situs " https://rumahtulis.com/menakar-peluang-incumben-perhelatan-pilwalkot-kota-bima-2018/ ".