Najwa Shihab Foto : Google |
T: Dalam konteks Pilkada, sebagai pemilih, apa langkah-langkah yang harus dilakukan supaya kita tahu bahwa pemimpin yang akan kita pilih itu yang paling tepat? Bagaimana caranya menjadi seorang pemilih cerdas?
J: Menelusuri rekam jejaknya dan menilai isu kebijakan yang ditawarkan para kandidat. Kedua hal ini disesuaikan dengan karakteristik wilayah.
Menjadi pemilih cerdas diawali dengan kesediaan berpikiran terbuka. Singkirkan bias-bias subjektif seperti ikatan primordial atau ikatan kepartaian. Ini dilanjutkan dengan kesediaan untuk mengumpulkan informasi dari beragam perspektif agar bisa memberi penilaian yang lebih akurat terhadap isu kebijakan ataupun citra diri kandidat yang mereka promosikan.
T: Bagaimana caranya mengetahui bahwa program-program yang diajukan oleh calon-calon ini realistis atau masuk akal untuk diwujudkan?
J: Prinsip dasarnya, semakin terdengar sangat bagus tapi hanya berhenti di tingkat gagasan besar, semakin besar kemungkinan program itu tidak realistis. The devil lies in the details!
Kalaupun ada rincian, cermati keselarasannya dengan tata kelola administasi dan konstitusi. Semakin banyak dibutuhkan perubahan aturan, semakin tidak realistis karena perubahan aturan itu prosesnya juga tak kalah ribet lagi di parlemen atau birokrasi.
Ketiga, jika merujuk contoh kasus di negara atau tempat lain, cermati kesamaan atau perbedaan karakteristik wilayah dan konteks sosial demokrasinya. Semakin jauh dengan konteks wilayah kita tinggal, semakin tidak realistis program tersebut. Terkait ini, jangan cepat terpesona pada contoh keberhasilan di tingkat skala kecil. Bisa jadi, itu jadi tidak realistis ketika diduplikasi dalam skala makro.
T: Adakah ciri-ciri calon pemimpin yang menunjukkan pertanda kurang baik?
J: Mengungkap ’serigala berbulu domba’ bukan pekerjaan yang mudah. Biasanya, mereka lihai menyimpan sisi gelap dirinya. Kunci awalnya, telusuri rekam jejaknya. Berbicara dengan orang yang pernah berinteraksi dengan mereka. Dan, bum!, Anda akan dapatkan cerita-cerita yang tak pernah jadi berita.
Tapi, ini bukan pekerjaan mudah. Sebagai penanda awal, calon pemimpin yang menunjukkan gejala ingin menyenangkan semua orang patut diwaspadai punya itikad tidak baik. Begitu juga calon pemimpin yang bersedia berbuat apa pun meski harus mengorbankan integritas atau reputasi personalnya.
0 Comments