Baca selengkapnya.....

Sampai saat ini dunia mengakui Sun Tzu yang misterius sebagai maha guru seni berperang. Sun Tzu diketahui lahir pada 535 SM di Kota Tung-an di Semenanjung Shantung.
"Seorang jenderal yang memproteksi para prajuritnya seperti bayi, akan membimbing mereka ke jurang terdalam. Seorang jenderal yang memperlakukan para prajurit seperti putra kandung tercinta, akan membuat mereka bersedia mati untuknya," kata ahli strategi perang China yang hidup pada musim semi dan gugur (770 SM-470 SM)"Pagi hari, semangat prajurit menyala-nyala. Sore hari semangat memudar. Malam hari, prajurit hanya memikirkan kembali ke rumah."



Pada penghujung karir militernya yang cemerlang, Sun Tzu menuangkan semua ilmu tentang berperang yang diperolehnya dalam Pin Fa atau Seni Berperang.
Sun Tzu mengajarkan agar ‘tampak lemah justru pada saat kuat’.

Karena sesuai yang dikatakan Sun Tzu, perang tidak selalu berkaitan dengan perkelahian. Perang lebih tentang menetapkan cara efisien meraih kemenangan dengan sedikit mungkin terlibat konflik dan mengakibatkan timbulnya jatuh korban.
Paling penting menerjemahkan strategi-strategi seni perang Sun Tzu yang sangat aplikatif secara universal menjadi keterampilan mencapai kesuksesan di bidang apa pun.
Tak peduli apakah Anda seorang pemilik perusahaan, pebisnis, pialang saham, produser film, atau astronaut. Bahkan, seorang ibu rumah tangga dengan mempelajari seni perang Sun Tzu akan membantu mentransformasikan kelemahan Anda menjadi kekuatan.
Setahu saya Sun Tzu lebih dikenal sebagai seorang ahli strategi perang. Tapi banyak pemikirannya dipakai sebagai dasar berpijak bagi orang-orang, bukan hanya yang bergerak pada bidang militer, bahkan bisa dipakai para CEO dalam menjalankan bisnisnya. Sikap lebih memilih kecerdikan ketimbang kekuatan kasar membuat Sun Tzu menduduki tempat terhormat
Kata orang Jepang, “politik itu bisnis, dan bisnis adalah perang.” kalau pasar adalah medan perang, yang mengharuskan strategi dan taktik, Sun Tzu menulis ajaran ini:

Umpanlah Mereka dengan bayangan untung, bingungkan dan silaukan mereka.
Gunakanlah amarah untuk membuat mereka murka,
rendah hatilah agar mereka sombong.
Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar,
bikin mereka bertengkar sendiri.
Serang mereka di saat mereka tidak menduganya,
di saat mereka lengah.
Haluslah agar kau tidak terlihat.
Misteriuslah agar kau tak teraba.
Maka kau akan kuasai nasib lawanmu.


Tidak heran banyak pebisnis dari barat bingung dan merasa dimanipulasi oleh rekan bisnis Asianya.
Gunakanlah mata-mata dan pengelabuan dalam setiap usaha. Segenap hidup ini dilandaskan pada tipuan.


Bagi Sun Tzu perang adalah kegagalan. Menang itu sangat penting, tetapi seni perang adalah menang tanpa bertempur.

Semua orang berkata menang di medan tempur itu baik,
padahal tidak.
Jenderal yang memenangkan setiap pertempuran
bukanlah jagoan sejati.
Membuat musuh kalah tanpa bertempur
itulah kuncinya.
Lebih baiklah menjaga keutuhan negeri
daripada menghancurkannya.
Mengalahkan lawan tanpa bertempur
Itulah puncak kemahiran.


Ada saatnya untuk menggencarkan kekuatan. Semua kemungkinan lain harus lebih dulu diupayakan mati-matian, termasuk berbalik dan lari.


menurut Sun Tzu, supaya tidak dapat dikalahkan seseorang harus membuat dirinya pertama-tama tidak dapat dikalahkan dan kemudian menunggu keadaan lawan untuk dapat dikalahkan. 
Dari situlah timbul pengertian bertahan dan menyerang. “Mereka tahu lawan sudah kalah sebelum berperang. Mereka tahu berdiri di tempat tak terkalahkan, dan mereka tahu tentaranya sudah menang sebelum berperang”.